Keutamaan Kota Madinah
Kota Madinah, tanah suci yang menjadi impian dan dirindukan seluruh umat Muslim, memberikan kenyamanan yang luar biasa bagi para jamaah haji dan umroh ketika berada di sana. Kota ini memiliki banyak keutamaan keistimewaan yang patut diketahui seluruh kaum muslimin.
Keutamaan Kota Madinah
Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan Madinah sebagai kota yang diharamkan, seperti halnya Makkah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ إِبْرَاهِيْمَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَإِنِّي حَرَّمْتُ الْمَدِيْنَةَ
"Sesungguhnya Ibrahim telah menjadikan Makkah sebagai tanah yang diharamkan, dan aku menjadikan Madinah sebagai tanah yang diharamkan" (HR Muslim no. 1367). Dalam konteks ini, larangan berlaku di Makkah dan Madinah untuk memotong pohon berduri, membunuh binatang buruan, dan mengangkat senjata untuk menumpahkan darah atau berperang. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنِّي حَرَّمْتُ الْمَدِينَةَ حَرَامًا مَا بَيْنَ مَأْزِمَيْهَا، أَنْ لَا يُهْرَاقَ فِيهَا دَمٌ، وَلَا يُحْمَلَ فِيهَا سِلَاحٌ لِقِتَالٍ، وَلَا تُخْبَطَ فِيهَا شَجَرَةٌ إِلَّا لِعَلْفٍ
"Sesungguhnya aku mengharamkan kota madinah yang batas wilayahnya antara dua gunung yang ada di kota madinah agar tidak menumpahkan darah, tidak membawa senjata untuk berperang, dan tidak menggugurkan daun-daun pohon yang ada di kota madinah kecuali untuk makanan ternak" (HR Muslim no 1374)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi nama Madinah dengan sebutan "Thabah" atau "Thayyibah", yang berarti baik. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ تَعَالَى سَمَّى الْمَدِيْنَةَ طَابَةً
"Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala telah menamai Madinah dengan sebutan Thabah (dalam beberapa riwayat: Thoibah)" (HR Muslim no. 1385). Kata "Thabah" atau "Thayyibah" berasal dari kata "ath-thayyib", yang berarti bersih. Madinah dibersihkan dari praktik kesyirikan dan tanah serta udaranya suci, serta menjadi tempat yang baik untuk dihuni (lihat Kasyful Musykil min Hadits Ash-Shahihahin, Ibnu Jauzi 1/458 dan Fathul Bari 4/89).
Iman (agama) akan kembali ke Madinah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْإِيمَانَ لَيَأْرِزُ إِلَى الْمَدِيْنَةِ كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ إِلَى جُحْرِهَا
"Sesungguhnya iman (agama) akan kembali ke Madinah sebagaimana ular kembali ke sarangnya" (HR Al-Bukhari no. 1876). Ini berarti orang-orang yang beriman ingin kembali ke Madinah. Pada zaman Nabi dan Khulafaur Rasyidin, para sahabat berhijrah ke Madinah untuk belajar dari mereka. Hingga saat ini, orang-orang yang beriman ingin pergi ke Madinah untuk beribadah di Masjid Nabawi.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut Madinah sebagai kota yang menaklukkan kota-kota lain. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أُمِرْتُ بِقَرْيَةٍ تَأكُلُ القُرَى، يَقُولُونَ يَثْرِبُ وَهِيَ الْمَدِيْنَةُ
"Aku diperintahkan untuk berhijrah ke kota yang akan menaklukkan kota-kota lain. Mereka menyebutnya Yatsrib, padahal sebenarnya itu adalah Madinah" (HR Al-Bukhari no. 1871 dan Muslim no. 1382). Makna dari "menaklukkan" di sini adalah Madinah akan menjadi kota yang menguasai kota-kota atau negeri-negeri lain. Kota Madinah juga akan mendapatkan penghasilan dari negeri-negeri yang ditaklukkan oleh umat Muslim yang berbasis di Madinah (lihat Syarh Shahih Muslim, An-Nawawi 9/154)
Nabi Muhammad shallahu alaihi wa sallam mendoakan keberkahan untuk kota ini dengan sabda beliau shallallahu 'alaihi wa sallam,
اللهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي ثَمَرِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي مَدِينَتِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي صَاعِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي مُدِّنَا
"Ya Allah, berkahilah bagi kami buah-buahan yang ada di Madinah, berkahilah bagi kami kota Madinah, serta berkahilah bagi kami ukuran takaran yang digunakan di sana." Nabi berdoa agar makanan yang ditakar di Madinah menjadi berkah, sehingga takaran yang cukup untuk penduduk Madinah dapat memenuhi kebutuhan mereka. Keberkahan ini juga mencakup aspek keadilan dalam bertransaksi. (Faidul Qodiir, Al-Munaawi 2/126)
Nabi shallahu alaihi wa sallam telah menyatakan bahwa Madinah akan terjaga dari wabah penyakit dan tidak akan dimasuki oleh Dajjal. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
عَلَى أَنْقَابِ الْمَدِيْنَةِ مَلَائِكَةٌ لَا يَدْخُلُهَا الطَّاعُوْنَ وَلَا الدَّجَّالُ
"Di jalan-jalan kota madinah ada para malaikat (yang menjaga), wabah dan Dajjal tidaklah akan masuk ke dalam kota madinah". (HR Al-Bukhari no 1880 dan Muslim no 1379)
Nabi shallahu alaihi wa sallam juga bersabda bahwa Madinah akan mengeluarkan orang-orang yang buruk,
أَلَا إِنَّ الْمَدِيْنَةَ كَالْكِيْرِ تُخْرِجُ الْخَبِثَ
"Ketahuilah bahwa kota Madinah itu seperti ububan (alat peniup api) tukang besi yang mengehilangkan kotoran". (HR Muslimi no 1381)
Nabi -shallahu alaihi wa sallam- juga memberikan ancaman bagi mereka yang berusaha menyebabkan kejelekan bagi penduduk Madinah. Beliau shallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَلَا يُرِيْدُ أَحَدٌ أَهْلَ الْمَدِيْنَةِ بِسُوْءٍ إِلَّا أَذَابَهُ اللهُ ذَوْبَ الرَّصَاصِ، أَوْ ذَوْبَ الْمِلْحِ
"Tidaklah seorangpun yang menginginkan kejelekan untuk penduduk Madinah kecuali Allah akan melelehkannya seperti melelehnya timah atau garam". (HR Muslim no 1363)
Selain itu, Nabi shallahu alaihi wa sallam juga menekankan pentingnya meninggal di kota Madinah. Beliau memberi syafaat bagi mereka yang meninggal di sana. Nabi shallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوْتَ بِالْمَدِيْنَةِ فَلْيَفْعَلْ؛ فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ يَمُوْتُ بِهَا
"Barangsiapa yang mampu untuk meninggal di kota Madinah maka lakukanlah, sesungguhnya aku akan memberi syafa’at bagi orang-orang yang meninggal di kota Madinah". (HR At-Tirmidzi no 3917)
Oleh karena itu, disarankan bagi orang-orang yang mampu untuk menetap di Madinah hingga ajal menjemput mereka. Jika seseorang tidak mampu menetap di Madinah secara permanen, disarankan agar mereka berusaha meninggal di kota ini jika ajalnya telah dekat. Umar bin al-Khotthob bahkan pernah berdoa agar diberikan syahid dan meninggal di negeri Rasul,
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ مَوْتِي بِبَلَدِ رَسُولِكَ
"Ya Allah anugrahkanlah kepadaku mati syahid dan jadikanlah wafatku di negeri RasulMu." (HR Al-Bukhari no 1890)
Nabi -shallahu alaihi wa sallam- juga sangat mencintai kota Madinah. Beliau berdoa agar Allah menjadikan cinta mereka terhadap Madinah setara dengan cinta mereka terhadap Mekah atau bahkan lebih. Nabi shallahu alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا المَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
"Ya Allah, jadikanlah kami mencintai kota Madinah sebagaimana cinta kami terhadap kota Mekah atau lebih dari itu". (HR Al-Bukhari no 1888 dan Muslim no 1376)
Ini menunjukkan betapa besar rasa cinta dan penghargaan Nabi terhadap Madinah sebagai tempat yang suci dan berkah.