Mendalami Bacaan Basmallah

Kategori : Khazanah, Hikmah, Ditulis pada : 09 September 2024, 13:55:01

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Dalam riwayat disebutkan bahwa seluruh kitab suci seperti Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur’an, apabila isinya dikumpulkan dan dipadatkan, maka kesimpulannya terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Fatihah. Kesimpulan dari ayat-ayat dalam Qur’an Surah Al-Fatihah terletak pada ayat pertama yaitu bismillahirrahmanirrahim. Kalau kalimat tersebut dipadatkan lagi, maka intinya terletak pada titik di bawah huruf “ب”.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

نۤ ۚوَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُوْنَۙ

Artinya: “Nūn. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan,” (QS. Al-Qalam [68]:1)

Menurut kalangan tafsir, Nun itu maknanya sebotol tinta. Terutama dalam Tafsir Isyari yang menjelaskan asal usul kejadian alam semesta, seperti dhawa terdapat botol tinta yang pena dicelupkan kedalamnya, lalu digoreskan di atas lembaran kertas. Sehingga Allah subhanahu wa ta’ala tidak perlu repot-repot dalam menciptakan setiap makhluknya.

Dimulai dengan cukup menyiapkan sebotol tinta, sebatang pena dan lembaran. Kemudian Tuhan menancapkan sebuah titik di ujung pena, maka titik tersebut akan mengalami pemadatan, perpecahan dari dentuman awal disebut ledakan Bigbang. Partikel-partikel akibat pecahan tersebut membentuk sebuah planet, syajaratul baidha. Kemudian mengalami expending universe.

Diistilahkan dalam Qur’an Surah Az-Zariyat ayat 60, وَّاِنَّا لَمُوْسِعُوْنَ, yang maknanya meledak kembali. Istilah tersebut juga disampaikan oleh Phytagoras (filsuf Yunani), Al-wahda fil katra wal katra fil wahda (the many in the oneness and the one in the manyness) artinya yang banyak berasal dari satu dan satu berasal dari yang banyak.

Di dalam basmallah terdapat 3 nama Allah subhanahu wa ta’ala, dikenal dengan:
Lafdzul Jalalah
Lafdzul Jalalah adalah bismillahirrahmanirrahiim. Kata Allah dalam bahasa Yahudi berasal dari huruf L (dikenal dalam bahasa Arab sebagai ma’rifah) yang ditambahkan kata Eloh yang artinya Tuhan.

Al merupakan partikel The atau Se yang memiliki arti adanya sebuah capacity/kapasitas dan otority/otonomi. Maka kata Al-Kitab bisa disebut The Book, sedangkan Kitabun (sebagai nakirah) disebut A Book. Maknanya Al-Kitab ini bukanlah sembarang buku, contoh: Kitab Suci, sedangkan Kitabun hanyalah buku biasa, contoh: Kitab Tasawuf.

Dikatakan sebagai bukan sembarang buku, karena Al-Kitab mengandung sebuah kewibawaan, seperti yang disiratkan dalam Qur’an Surah Al-Waqi’ah ayat 79, “Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali para hamba (Allah) yang disucikan,” maksudnya Al-Kitab atau Kitab Suci ini boleh menyentuhnya, ketika kita sudah berwudhu.

Kata Al dalam uraian kitab-kitab Yahudi disambung dengan kata Eloh. Dalam bahasa Arab, Al atau Alif Lam disambung dengan kata Ilahun, menjadi sebuah kata yang artinya Tuhan, tiada Tuhan selainNya.

Tulisan Allah yang terdiri dari Alif Lam Lam Ha memiliki memiliki makna sakral, apabila salah satu hurufnya hilang maka akan tetap bisa dibaca. Contohnya kata Allah yang dihilangkan huruf Alif (ا) menjadi lillah artinya untuk Allah. Lalu dihilangkan huruf Lam (ل) menjadi lahun artinya untuk Allah. Kalau dihilangkan juga huruf lam selanjutnya, maka menjadi 'Huu' dhamir (هُ), artinya Dia Allah. Itu salah satu seni kaligrafi tentang Allah, selalu berarti Allah (dari huruf) Alif Lam Lam Ha ( الله ).

Nama Allah disebut sebagai lafadz agung (tinggi) atau Lafdzul Jalalah. Yang begitu sakral dan penting terhadap wibawa Allah (sebagai Tuhan). Lafadz Jalalah yang berupa bentuk simbol atau huruf ini melambangkan kesucian daripada nama Allah subhanahu wa ta'ala. Nama Allah juga disebut sebagai al-ismu jami' yang meliputi sifat, perbuatan dan dzat.

Lafdzul Rubbubiyah
Apabila Jalalah adalah sifat maskulin, jantan, gentle, bagi Allah. Maka Rabbun atau Rubbubiyah adalah lafadz Jamaliah Allah yang bersifat feminin (kelembutan), karena Rabbun memiliki arti memelihara, mengasuh, mengayomi. Seperti nama Fakultas Tarbiyah, dimana kata Tarbiyah berasal dari akar kata yang sama dengan Rabbun.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

Artinya: “Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Al-Isrā' [17]:24)
Maksud arti kata Rabbun disini bukan ditujukan sebagai Tuhan, akan tetapi kepada sifat Rubbubiyah yang didalamnya mendidik, mengadakan, memelihara, dan mengasuh. Adapun nama-nama Rubbubiyah Allah (Asmaul Husna) yang bersifat feminin, seperti Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang), Al-Wahab (Maha Pemberi), Al-Lathif (Maha Halus), dsb.

Lafdzul Uluhiyyah
Disamping sifatnya yang penuh kelembutan tetapi juga maskulin, Allah juga memiliki sisi yang over maskulin disebut dengan Uluhiyyah.
Kata Ilahun yang membentuk Uluhiyyah memiliki arti yaitu Allah sebagai Raja dari segala Raja, sebagai lambang keagungan. Maka nama-nama Uluhiyyah Allah dalam Asmaul Husna adalah Al-Jabbar (Maha Pemaksa), Al-Muntaqim (Maha Pendendam), Al-Aziz (Maha Hebat), dsb.

Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta'ala memiliki dua energi di dalamnya. Dimana kapasitas Uluhiyyah (over maskulin) Allah sebagai penguasa, Maha Pendendam, Maha Mengadili, Maha Berkuasa, namun disisi lain Allah juga memiliki dimensi Rubbubiyah (feminin/kelembutan) bahwa Allah juga Maha Pelindung (Al-Waliy), Maha Pengampun (Al-Ghaffar), Maha Penerima Taubat (At-Tawwab), Maha Penyayang (Ar-Rahiim), Maha Santun (Ar-Rauf), dst.

Dimensi Rubbubiyah Allah itu lebih kuat, lebih dominan daripada dimensi Uluhiyyahnya. Terbukti dari sedikitnya pengulangan nama-nama yang berada pada dimensi Uluhiyyah, misalnya, Al-Muntaqim artinya Maha Pendendam yang hanya satu kali terulang dalam Al-Qur’an. Sedangkan nama-nama Rubbubiyah Allah, seperti Ar-Rahim itu dapat terulang sebanyak 114 kali, Ar-Rahman yang terulang 57 kali dalam Al-Qur'an, Al-Ghafur, Al-Afuw, At-Tawab, Al-Lathif, dan nam-nama feminin (kelembutan) lainnya yang sering berulang-ulang dalam Qur'an.

Dalam hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, takhallaqu bil akhlaqillah, “contohilah akhlakNya (Allah)”. Apabila ingin mencontoh akhlakNya (Allah), maka dominasikan dalam diri dengan sifat-sifat feminin (kelembutan/Rubbubiyah) Allah. Dan jangan mencontoh sifat-sifat maskulin/Uluhiyyahnya Allah. Ada yang mengatakan bahwa sifat Uluhiyyah Allah adalah sifat Prerogatifnya Allah. Contoh, Allah Maha Pendendam, maka janganlah dicontoh sifat pendendamnya Allah.

Allah itu disebut dengan Al-Ismu Jami', karena menghimpun nama-nama Rubbubiyah dan Uluhiyyah. Sehingga Tuhan bisa disebut Rabbun kalau ada yang menyembahNya disebut Marbubun. (Allah) disebut Ilahun kalau ada yang memujaNya, disebut dengan Ma'luhun. Menjadi Marbubun, artinya kita harus menampilkan diri sebagai makhluk feminin, karena Allah yang menampilkan diri sebagai maskulin. Maka kita yang harus menjadi kecil dihadapan Allah. Karena Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Untuk menyebutkan Allahu Akbar juga memiliki etika, seperti ketika dalam shalat. Etikanya adalah (pada saat takbir) dengan mengangkat tangan. Mengangkat tangan itu pertanda give up (menyerah), maka la hawla wala quwwata illa billah, “tidak ada kekuatan kami, kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung."

Setelah takbir, maka kita melipat tangan (di dada) seperti mayat yang tiada dayanya. Bahkan Allah Yang Maha Besar (Allahu Akbar) juga membuat kita ruku' dengan tanpa adanya ego (di dalam diri). Ruku' pertanda kita menghormati Yang Agung Yang Maha Besar. Jadi kalau kita menyebutkan Allahu Akbar, nyali kita menjadi kecil sekali bahkan tidak ada, hanya ada Allah yang Maha Besar.

Maka apabila ada seorang yang mengucap Allahu Akbar, tetapi masih berteriak dengan mengatakan 'bongkar, bakar, hanguskan' itu artinya ia tidak membesarkan Allah, melaninkan membesarkan egonya sendiri. (ZSQ/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Oleh: Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA
Sumber: https://istiqlal.or.id/blog/detail/kajian-malam-jumat--mendalami-bacaan-basmallah-.html

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id